Pengembangan Kebijakan & Pelatihan Kesadaran Anti Korupsi Dan Sistem Whistleblowing Dan Audit Korupsi Untuk Mewujudkan Stategi Anti Korupsi Pengadaan Barang Dan Jasa Yang Proaktif

Untuk membantu perusahaan dalam upaya mewujudkan program anti korupsi yang proaktif salah satunya mendesain kebijakan anti fraud, meningkatkan kesadaran anti fraud di lingkungan perusahaan untuk memahami dan mampu mendeteksi, mencegah terjadinya fraud dan pengembangan whistleblowing yang efektive sehingga membantu perusahaan dalam memerangi korupsi.

DESKRIPSI :

Fraud Procurement atau kecurangan pembelian di pemerintahan Indonesia lebih dikenal dengan istilah Korupsi pengadaan barang dan jasa pada umumnya menjadi salah satu penyebab pembengkakan biaya semua jenis perusahaan baik swasta maupun pemerintah yang akan menyebabkan menurunnya daya saing perusahaan. Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) mencatat bahwa total kerugian rata-rata perusahaan akibat kecurangan (fraud) adalah sebesar 5% dari total pendapatan.

Dewasa ini dalam menghadapi fraud/korupsi perusahaan-perusahaan mulai bergerak pada respons organisasi yang proaktif dan cepa t yaitu diantaranya perusahaan-perusahaan mengembangkan strategi pencegahan dengan Program pelatihan kesadaran ( fraud awareness ) dan kebijakan organisasi ( organisations policies ) yang terdokumentasi.

Sejauh ini kebijakan anti- fraud masih berupa propaganda belum terlihat implementasinya, tidak jelas atau eksplisit dan belum diarahkan secara khusus untuk memerangi fraud secara tegas. Padahal Kebijakan penipuan atau ( Fraud policies ) yang dirancang dengan baik dapat mengurangi risiko bisnis.

Begitupula dengan menerapkan program kesadaran fraud yang efektif m anajemen dapat memanfaatkan upaya staf penuh dalam kegiatan anti-fraud dan secara signifikan dapat mengurangi biaya fraud dalam organisasi (ACFE, 2012). Penelitian melaporkan setengah dari organisasi-organisasi yang mengalami kerugian karena tidak memiliki pelatihan.

Sayangnyah banyak perusahaan menerapkan sistem whistleblower , mengumumkannya ke publik tapi selanjutnya terbengkalai. Padahal Informasi atau keluhan dari Pegawai, vendor ataupun pelanggan atau Tip Whistleblower merupakan sumber informasi yang berharga yang bisa mencegah fraud bahkan dari Penelitian ACFE menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen fraud ditemukan oleh Tip . Oleh karena itu sistem whistleblowing yang ada harus kita evaluasi keefektifivannya.

Dengan demikiam program anti- fraud telah mengalami perubahan paradigma dari upaya melakukan identifikasi dan investigasi fraud yang telah terjadi yang menekankan temuan-temuan atau re-aktif telah berubah menjadi upaya pencegahan dan pendeteksian secara pro-aktif. Namun internal audit sejauh ini dirasa masih memiliki kelemahan dalam kemampuan yaitu pada umumnya disebabkan oleh kurangnya pelatihan pencegahan, pendeteksian dan teknis investigasi. khususnya Kemampuan menganalisis bisnis proses –;melakukan wawancara dan permintaan keterangan; pengumpulan bukti ; Memahami titik-titik kritis pengendalian; Mahami Komputer forensik.

Materi Training

Hari pertama

Overview fraud Risk Management dan strategi anti fraud (Best practice )

Fraud Risk Assesment, Rencana penanganan dan Mitigasi Risiko fraud

Menyusun kebijakan anti-fraud yang kuat ( a Strong anti fraud policy) dan mengkomunikasikannya

Membangun program pelatihan kesadaran antifraud ( anti fraud awareness ) yang efektif

Pengembangan System Whistleblowing yang efektif

Hari ke dua

Peran Akuntansi Forensik & Audit Investigasi serta Tujuan dijalankannya audit investigatif dalam lingkungan teknologi

Symptom atau gejala gejala fraud procurement (Red Flag )

Tehnik wawancara ( interview );

Menyiapkan dokumen yang berguna untuk bukti di pengadilan

Computer Forensics

Instruktur

Dr (cand) Yati Nurhajati, S.E., M.Si.,Ak., CA. Dosen, Auditor dan Konsultan Taxes & Accounting ; Berlatar belakang ilmu Akuntansi, berpengalaman di KAP, dan pernah menjadi manager dan kepala akuntansi di beberapa perusahaan, Konsultan dan Dosen akuntansi

Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :